Saturday, November 5, 2016

Jujur ora ajur


Jujur ora ajur, sebuah tagline yang digagas oleh sekelompok anak muda kreatif penggagas hidup berkejujuran. Dalam rangka menggugah kesadaran untuk senantiasa menjaga perilaku jujur di setiap lini kehidupan.

Siapakah mereka?
Sekelompok anak muda kreatif ini adalah sekelompok mahasiswa dari Universitas Terbuka Yogyakarta. Perlu diketahui Universitas Terbuka (UT) adalah perguruan tinggi yang berada di bawah naungan kementrian riset dan teknologi. UT menerapkan sistem belajar mandiri. Proses tatap muka dilakukan jarak jauh dengan menggunakan media internet. UT telah menyiapkan sistem terpadu untuk mengakomodasi proses belajar tersebut.
UT telah mendapatkan akreditasi, baik akreditasi nasional maupun internasional. Secara internasional, UT telah memperoleh Akreditasi Internasional dan Sertifikasi Kualitas dari the International Council for Open and Distance Education (ICDE) Standard Agency (ISA), dan UT telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 dari Badan Sertifikasi SAI Global dan SGS. Di samping itu, sebagian besar program studi di UT telah mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan TInggi (BAN-PT). (Wikipedia).
Mahasiswa UT berasal dari berbagai profesi dan usia. Tak sedikit di antara mereka adalah orang-orang yang telah berpengalaman dan profesional dalam bidang tertentu, namun mereka masih memiliki keinginan untuk menimba ilmu di institusi pendidikan formal dalam keterbatasan waktu mereka.
Perbedaan profesi dan kepentingan, ternyata bukanlah halangan bagi mereka. Dalam keterbatasan waktu dan energi mereka tetap menjaga kekompakan dan komunikasi. Ide-ide liar dibiarkan mengalir tak terbendung, dan semangat mereka untuk mewujudkan ide-ide sungguh tak bisa dipandang sebelah mata. Gerakan 'Jujur ora ajur' adalah salah satunya.

Mengapa harus jujur?
Mau diakui atau tidak, kita semua pasti pernah berperilaku tidak jujur, sekecil apapun. Mulai dari hal terkecil sampai hal yang besar. Mulai dari bohong saat ditanya orang tua kenapa pulang terlambat, hingga menggelapkan uang perusahaan.
Bicara tentang ketidakjujuran, ironinya masih banyak juga kalangan yang masih menganut paham bahwa berbohong demi kebaikan adalah hal yang legal. Namun kebohongan tetaplah kebohongan, ada unsur menutupi atau memanipulasi kebenaran. Ada perbuatan tidak kredibel yang dilakukan. Dan kebaikan macam apa yang akan didapatkan dari sebuah kebohongan.

Gagasan untuk melakukan gerakan Jujur ora ajur ini barangkali dilandasi dari keprihatinan kelompok anak muda tersebut atas mewabahnya perilaku tidak jujur yang menjangkiti hampir setiap sisi kehidupan bermasyarakat kita.
Kita bisa saksikan di media massa betapa masifnya lembaga anti rasuah kita melakukan penangkapan terhadap pejabat publik di sana-sini. Membuktikan bahwa siapapun dia, berpotensi melakukan perbuatan tidak jujur yang berakibat pada kerugian orang lain atau kerugian negara pada skala lebih besarnya.
Situasi kritis tersebut tidak membuat sekelompok anak muda kreatif ini pesimis dan meratapi keadaan. Justru memicu otak kreatif mereka untuk membuat sebuah gerakan hidup jujur yang mereka beri judul 'Jujur ora ajur'.
Sebagai langkah awal, mereka memulai gerakan mereka pada kegiatan anti plagiarisme.Plagiarisme berasal dari kata plagiat yang menurut wikipedia memiliki arti penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.
Plagiarisme adalah sebuah tindakan pidana. Memiliki implikasi hukum. Dasar hukumnya adalah undang-undang no.19 tahun 2002. Tapi kita tidak akan membicarakan perihal undang-undang ini, karena penulis yakin hal tersebut cukup membosankan.

Jika kita gali lebih dalam, plagiat bisa kita terjemahkan dalam terjemahan yang luas, tidak terpaku hanya pada penjiplakan karya tulis, melainkan mencakup segala hal yang berkaitan dengan gagasan, ide, karya cipta, karya seni, dan hasil olah otak lainnya.
Dalam perbuatan sehari-hari yang sederhana, plagiarisme bisa dicontohkan dengan mencontek saat ujian, mencontek tugas sekolah atau kuliah, memasukkan pendapat orang lain ke dalam karya tulis tanpa menyebutkan sumbernya, atau mencuri ide orang lain untuk membuat sebuah karya dan mengakui sebagai karya sendiri.
Untuk menciptakan budaya jujur tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Harus dimulai dari kesadaran masing-masing pribadi, kemudian mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.
Dan gerakan Jujur ora ajur adalah salah satu upaya untuk menggugah kesadaran tiap-tiap individu yang terlibat dan tersentuh oleh kegiatan ini. Terutama kaum muda. Karena di tangan kaum mudalah harapan perubahan bangsa digantungkan. Masa depan yang gemilang menjadi milik mereka, yang tidak hanya memiliki prestasi namun menjunjung nilai-nilai kejujuran di segala aspek kehidupan.
Semoga tujuan mulia ini akan membawa perubahan positif sekecil apapun.
Mari hidup jujur. Jujur ora ajur...!!!
(chands)